ITSALLCHARLIE – Crypto, siapa tidak kenal, di Indonesia harganya 1 kepingnya setera dengan Fortuner baru. Selain harganya yang mahal, crypto juga memiliki kekhasan lain, yakni sifatnya yang susah dilacak. Tak heran jika kemudian crypto dijadikan sebagai tempat pencucian uang. Baru-baru ini Otoritas AS dan UE menindak layanan crypto yang dituduh sebagai tempat cuci uang Korut.
Hasil daripada cuci uang bisa digunakan untuk berbagai hal, termasuk kejahatan dan kriminal. Menurut intelejen AS, pihak Korut menggunakan Bitcoin dan crypto untuk membiayai program rudal nuklirnya.
Bahayakan Keamana AS dan Dunia
Laporan intelejen AS tersebut sontak membuat AS lebih waspada lagi terhadap pencucian uang dengan memanfaatkan crypto. Akibatnya departemen keuangan AS pada hari Rabu 29 November 2023 menerbitkan sanki pada layanan keuangan crypto yang dituduh.
Departemen kuangan AS akan memberikan sanki pada pihak yang mendukung terjadi pencucian uang dengan memanfaatkan crypto dan Bitcoin. Pyongyang diperkirakan membiayai separuh dari program nuklirnya dengan menggunakan uang curian yang dicuci dengan crypto.
FBI dan Otoritas UE Bergerak
Kerja-kerja pemeberantasan pencucian uang tak hanya memungsikan Depku AS saja, namun juga FBI dan UE. Belakangan ini FBI dan penegak hukum UE sita sebuah web crypto yang diduga melakukan pencusian uang.
Situs web tersebut bernama Sinbad, saat ini situs tersebut sudah dimatikan. Walaupun begitu, versi lain dari Sinbad ternyata masih bisa diakses.
Bocoran dari Gedung Putih
Gedung putih menyampaikan bahwa program rudal Korut didanai oleh cyber crime dan juga usaha pencurian crypto. Informasi tersebut disampaikan pejabat senior gedung putih di bulan Mei 2023.
Bukan hanya itu, pihak Korut juga diduga menggunakan ribuan orang yang bekerja dalam dunia IT di luar negeri. Di mana mereka merupakan orang-orang Korea Utara. Selanjutnya mereka akan ditugaskan untuk mengirimkan uang yang didapatka itu ke Korut. Uang yang diterima Korut diperkirakan secara kuat digunakan untuk pengembangan rudal dan nuklir.
Pencegahan
Pejabat AS dengan berbagai perangkatnya telah lama mencari cara untuk menghentikan uapaya pencucian uang dengan crypto. Salah satu caranya adalah dengan membekukan mata uang crypto yang dicuri, sebelum pihak Korut mencairkannya.
Bitcoin dan Crypto sendiri dirancang dengan sistem kepercayaan mutlak, terutama bitcoin. Sehingga pelacakan aliran Bitcoin sangat susah dilacak, dari mana dan mengalir ke mana.
Peretasan Senilai $100 Juta
Pada hari Rabu 29 November 2023 Depku AS menuduh Sinbad melakukan pencucian uang dari uang hasil peretasan. Nominalnya sangat besar, $100 juta, di mana itu diperoleh dalam 3 peretasan berbeda.
Peretasan tersebut menyasar perusahaan crypto selama 2 tahun terakhir. Pihak Sinbad sendiri tak bisa dihubungi terkait dengan pernyataan yang muncul dari Depku AS tersebut.
Pihak AS mengatakan bahwa Sinbad bisa dikatakan sebuah entitas untuk mencampur uang, anatara yang legal dan hasil kriminal. Tujuan pencampuran uang tersebut tak lain adalah untuk mengaburkan asal usul uang.
Pengawasan yang ketat dari AS, Korsel dan negara lainnya membuat Korut harus mencari cara untuk membawa pulang uangnya. Sinbad kemudian menjadi salah satu solusi yang mereka dapatkan.
Kebutuhan Korut yang besar akan uang membuat AS memperkirakan bahwa bukan Sinbad saja yang digunakan untuk mencuci uang. Akan tetapi ada entitas lain yang mungkin saja digunakan, namun memang belum terungkap, setidaknya sampai saat ini.
Intelejen Korsel Sita $1 Juta Crypto
Awal tahun 2023 ini intelejen Korea Selatan berhasil menyita crypto senilai $1 juta yang diduga dari hasil kejahatan. Sebelumnya, crypto senilai $1 juta tersebut telah dicuri oleh salah satu warga Korea Utara.
Sayangnya intelejen Koresel kemudian bisa mengungkapnya. Pengungkapan tersebut berhasil dilakukan berkat bantuan dari pakar pelacakan crypto. Demikian ulasan mengenai Otoritas AS dan UE menindak layanan crypto yang diduga sebagai tempat cuci uang Korut. (redaksi: deposit pulsa tanpa potongan)